Natrium diklofenak dan kalium diklofenak merupakan obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid).
Keduanya merupakan obat AINS yang termasuk dalam bentuk diklofenak.
Obat-obatan jenis AINS sudah dikenal luas di dunia kedokteran digunakan
sebagai obat analgetik, antiinflamasi, dan antipiretik. Obat yang
termasuk dalam turunan diklofenak sampai saat ini dianggap lebih aman
dan beraksi lebih cepat dibandingkan dengan ibuprofen dan aktif lebih
lama di dalam tubuh dibandingkan dengan parasetamol.
Golongan diklofenak memiliki efek analgesik, antirematik, antipiretik
dan antiinflamasi. Obat tersebut merupakan COX-inhibitor nonselektif
yang bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX). Enzim
siklooksigenase berperan dalam produksi sejumlah zat kimia dalam tubuh,
salah satunya prostaglandin. Prostaglandin ini diproduksi oleh tubuh
sebagai respon dari cedera sehingga syaraf akan lebih sensitif terhadap
rasa nyeri.
Terdapat dua jenis obat yang termasuk dalam golongan diklofenak,
yaitu Na diklofenak dan K diklofenak. Perbedaan dari keduanya adalah
garam kalium yang ada di obat diklofenak lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan garam natrium. Sehingga kalium diklofenak dapat
diabsorpsi lebih cepat dibandingkan dengan natrium diklofenak. Kalium
diklofenak dilepaskan lebih cepat dibandingkan dengan natrium
diklofenak. Hal ini berdampak pada penggunaannya secara klinis. Pada
keadaan yang akut dan nyeri yang agak berat, lebih baik menggunakan
kalium diklofenak dibandingkan dengan natrium diklofenak.
Proses absorpsi dimulai segera setelah obat dikonsumsi, dan rasa
nyeri biasanya berkurang dalam 15-30 menit. Kalium diklofenak dilepaskan
dengan cepat dalam aliran darah untuk mengurangi rasa nyeri lebih
cepat. Sebagian dari diklofenak dimetabolisme di hepar. Sekitar 60% akan
diekskresikan melalui urin, dimana 1%nya masih bersifat aktif. Sisanya
dieliminasi sebagai metabolit melalui empedu dan di dalam feses.
Diklofenak dapat masuk ke dalam cairan sinovial, dan konsentrasi
maksimal didapatkan 2-4 jam setelah kadar maksimal di dalam plasma darah
didapatkan. Dua jam setelah kadar maksimal dalam plasma didapatkan,
konsentrasi diklofenak akan lebih tinggi di dalam cairan sinovial
dibandingkan dengan yang ada di dalam plasma. sementara waktu paruh
eliminasi dari cairan sinovial sekitar 3-6 jam. Waktu paruh 1-2 jam.
Pemberian dosis berulang tiidak menyebabkan akumulasi.
Efek Samping pada umumnya Gangguan Lambung
Obat-obat AINS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan
penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan
nyeri atau radang dapat diatasi. COX ada dua jenis, yaitu disebut COX-1 dan COX-2.
COX-1 selalu ada dalam tubuh secara normal, untuk membentuk
prostaglandin yang dibutuhkan untuk proses-proses normal tubuh, antara
lain memberikan efek perlindungan terhadap mukosa lambung. Sedangkan
COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya pada saat terjadi
peradangan/cedera, yang menghasilkan prostaglandin yang menjadi mediator
nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat hanyalah COX-2 saja yang berperan dalam peradangan, sedangkan COX-1 mestinya tetap dipertahankan. Tapi masalahnya, obat-obat AINS ini bekerja tidak selektif yaitu bisa
menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus. Jadi ia bisa menghambat
pembentukan prostaglandin pada peradangan, tetapi juga menghambat
prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung. Itulah
sebabnya, sehingga Lambung jadi terganggu.
Cara Mengatasi
Untuk mengatasi efek obat AINS terhadap lambung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, sebaiknya digunakan setelah makan untuk mengurangi efeknya terhadap lambung. Kedua, obat
golongan AINS umumnya dalam bentuk bersalut selaput yang bertujuan
mengurangi efeknya pada lambung, maka JANGAN DIGERUS atau DIKUNYAH. Ketiga, jika
memang menyebabkan lambung perih atau sudah ada riwayat maag atau
gangguan lambung sebelumnya, bisa diiringi penggunaannya dengan
obat-obat yang menjaga lambung seperti antasid, golongan H2 bloker seperti simetidin atau ranitidin, golongan penghambat pompa proton seperti omeprazol atau lansoprazol, atau dengan sukralfat.
Komentar
Posting Komentar